Kamis, 10 Februari 2011

Permasalahan dan Solusi Budaya Maternitas di Masyarakat Indonesia


Budaya yang terjadi di masyarakat dengan pemecahan oleh tenaga kesehatan di Rumah sakit

 
- Masalah :
    - Pada ibu Post Operasi, ibu di larang makan makanan amis, dengan alasan dengan makan makanan amis, luka jahitan akan susah untuk kering.

- Solusi :
            - Kita sebagai tenaga kesehatan harus dapat menjelaskan pada Ibu dan Keluarga kalau sebenarnya tidak ada permasalahan apabila ibu mengonsumsi makanan amis seperti ikan, karena protein hewani yang berasal dari ikan, ayam, justru akan mempercepat pemulihan pada luka jahitan ibu. Makanan tersebut tidak boleh di konsumsi jika ibu memang alergi terhadap makanan yang amis, misalnya jika ibu makan ikan laut, badan ibu akan gatal-gatal, hal seperti itu yang dilarang. Selebihnya tidak.

-Masalah
            - Bayi baru lahir tidak boleh minum colostrums ibu karena dianggap ASI yang pertama keluar itu kotor dan sudah rusak.

- Solusi
- Kita sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bisa menjelaskan pada keluarga pasien dan ibu sendiri kalau ASI yang pertama kali keluar (colostrum) justru harus di berikan pada bayi baru lahir, karena mengandung anti bodi pertama bagi bayi.yang meningkatkan sistim immun pada bayi,dan colostrum yang di berikan pada bayi memberikan kekebalan pertama pada bayi sehingga bayi tidak mudah sakit. Dengan pemberian penjelasan pada Ibu dan Keluarga diharapkan semua sadar betapa pentingnya ASI,sehingga ibu mempunyai kesadaran untuk memberikan Bayi ASI eksklusif.

- Masalah
- Ibu Post Partum harus bedrest total dengan kaki lurus agar jahitan bisa bagus.
 
-Solusi
            - Memberikan penjelasan pada Ibu dan Keluarga bahwa sebenarnya justru ibu disarankan untuk mobilisasi dini seusai bersalin. Karena dengan ibu mobilisasi dini akan mempercepat metabolisme di dalam tubuh untuk mepercepat involusi uteri, sehingga uterus lebih cepat kembali seperti semula. Sebaliknya dengan bedrest total akan membuat aliran darah tidak lancer, badan jadi kaku, dan memperlambat proses involusi.

            -Masalah
            - Memasang sesaji di bawah kolong tempat tidur ibu post partum agar tidak di ganggu roh jahat.
           
-Solusi
- Memberikan penjelasan pada keluarga dan ibu bahwa asap dari sesaji itu  akan mengganggu pernapasan ibu dan bayi , selain itu hanya akan membuat tidak nyaman ibu dan bayi. Lebih mengarahkan ibu dan keluarga untuk mendekatkan diri pada Tuhan  dan meminta perlindungan dari yang di Atas (Tuhan) supaya terhindar dari gangguan setan dan sejenisnya.

-          Masalah
-          Gurita di pasang yang kencang dengan maksud agar bayi langsing pada saat dewasa.

-   Solusi
-  Memberikan  penjelasan pada ibu dan keluarga bahwa dengan memakaikan gurita dengan sangat kencang, justru akan mengganggu pernapasan bayi, serta akan menghambat bayi untuk bergerak dengan leluasa. Memberikan contoh cara mengikat gurita yaitu, tidak terlalu kencang dan di gunakan hanya untuk mengahangatkan bayi. Karena sebenarnya pemakaian gurita pada bayi tidak wajib di gunakan.

-Masalah
-Membedong bayi seharian agar kaki bayi lurus

-Solusi
- Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga bahwa bila bayi di bedong dengan kencang seharian tidak akan memberikan efek kaki bayi menjadi lurus, berikan contoh misalkan dengan penjelasan kalo di luar negeri bayi tidak di bedong juga baik baik saja, hal itu di sebabkan karena bentuk kaki di tentukan sejak awal, merupakan kelainan yg di derita sejak dalam kandungan. Membedong bayi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi jari dan malam hari sebagai  penghangat bayi , sedangkan sewaktu siang tidak di bedong tidak menjadi masalah.

-          Masalah
-          Masih ada keluarga yang percaya bahwa pasien tidak boleh menerima transfusi darah dari orang lain karena masuknya darah yang menjadi milik orang lain di anggap haram.

-Solusi
- memberikan penjelasan pada keluarga dan pasien akibat bila pasien tidak di tranfusi (contoh: pada pasien perdarahan, bila tdk di tranfusi akan kekurangan banyak darah dan meninggal adalah akibat terburuknya). Bila keluarga setelah kita berikan penjelasan masih tidak mau, bisa kita berikan solusi misalnya mencarikan golongan darah yang sama dari anggota keluarga, dengan begitu keluarga akan bisa menerima.

-          Masalah
-  Pasien atau keluarga tidak mau bayinya diimunisasi dengan alasan haram ataupun yang lain.

      -     Solusi
- Menjelaskan pada keluarga dan ibu sendiri kelebihan dari di berikan imunisasi dan kekurangannya. Missal dengan diberikan imunisasi bayi jadi mempunyai kekebalan terhadap penyakit tertentu, dan tidak mudah terserang penyakit. Dan memberikan penjelasan tentang akibat bayi tidak diimunisasi, missal bayi jadi mudah terkena penyakit, bila dengan itu kelurga tetap tidak setuju setidaknya kita telah mencoba memberikan penjelasan-penjelasan pada pasien dan keluarga.

-          Masalah
     - Masih kentalnya budaya patriarki di masyarakat mengakibatkan sring terjadinya kegawatan neonatal dan maternal (misalkan pada pasien dengan PEB <Pre Eklamisia Berat> yang sudah di rujuk di tingkat rumah sakit tidak boleh rawat inap di karenakan suami sebagai pengambil keputusan tidak menghendaki ibu untuk rawat inap padahal keselamatan ibu dan bayi di pertaruhkan).
-           Solusi
-  Memberikan penjelasan pada keluarga terutama pengambil keputusan seberapa penting ibu harus di rawat, kemungkinan yang akan terjadi bila ibu tidak di rawat, bila si pengambil keputusan tetap tidak mau, setidaknya berikan penjelasan kalau  di rumah ibu harus di rawat dengan hati – hati, dan apabila terjadi sesuatu di rumah misalnya kejang ibu harus segera di rujuk ke rumah sakit. Dari rumah sakitpun sesudah memberikan penjelasan harus melakukan inform consent berupa surat kepulang atas keinginan dari pasien (APS) agar bila terjadi hal yang tidak diinginkan rumah sakit tidak di salahkan karena sebelumnya dari pihak rumah sakit sudah memberikan penjelasan pada pihak pasien dan keluarga.

-          ­Masalah
- Pada sebagian masyarakat, budaya patriaki juga terjadi pada ibu yang mengingkan untuk ber-KB.

-          Solusi
- Memberikan pengertian berKB bukannya melarang ibu dan suami untuk memiliki keturunan, KB hanya membatasi atau menjarangkan kehamilan, karena bila ibu melahirkan tanpa ada batasan istirahat, anak banyak, selain perhatian tidak merata, ibu dan suami juga akan kewalahan, selain itu ibu yang sudah sering melahirkan mempunyai resiko yang besar untuk terjadi perdarahan. Dengan KB ibu bisa mengatur jarak umur anak sehingga anak juga tidak terlantarkan, ibu dan suami sejahtera, resiko ibu untuk perdarahan bisa di kurangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar